Rabu, 11 Januari 2012

Merah Putih di balkon

Terdapat sekelompok orang dimuka bumi ini yang tergerak karena hal hal kecil atau sederhana, anda bisa salah satunya. Dan saya rasa wajar apalagi yang berkaitan dengan hal hal yang bersifat humaniora, semacam fitrah manusia, tapi yang membuat perbedaan ada yang menyikapinya dengan serius dan ada yang mengabaikannya. Tergerak dalam arti kata menimbulkan semacam semangat baru untuk berbuat sesuatu, kadarnya tidak besar atau bahkan sampai mempengaruhi orang banyak, internal effect doang. Ciri ciri mimik/ekspresi secara umum ( yg saya pernah alami ) ketika anda menyaksikan hal hal kecil atau sederhana anda bisa tersenyum simpul, sedih, kaget ( bahasa padang=tasirok darah ). Sedangkan dalam hati dan pikiran ada kemauan dan keinginan yang harus diwujudkan bagaimanapun caranya.

Sering ketika kita menonton tayangan televisi menceritakan sebuah cerita yang berlatar belakang di negeri uncle sam, dimana setiap rumah banyak yang mengibarkan bendera negara walaupun pada saat itu bukanlah hari kemerdekaan atau hari besar yang mengharuskan untuk mengibarkan bendera, dan juga ketika menyaksikan sendiri di negara-nya P. Ramlee masyarakat disana juga melakukan hal yang sama yaitu mengibarkan bendera kebangsaan didepan rumah mereka masing masing walau bukan independence day atau hari besar lainnya. Bagi sebagian orang ini mungkin hal yang biasa saja dan pantas diacuhkan apalagi dilakukan di negeri orang ( terserah lu mau ngapain yang penting ga ganggu negeri gw ).

Di negera kita sendiri pengibaran bendera merah putih diatur dalam sebuah Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang bendera, kapan harus dikibarkan, dimana harus dikibarkan semuanya dijelaskan secara rinci bahkan
di kota saya ( baca: Padang ) dalam proses membangun rumah baru ketika kuda kuda untuk atap telah selesai dinaikkan makan pada puncak kuda kuda tersebut sering dikaitkan satu tandan pisang dan dipancang sebuah kayu dengan bendera merah putih berkibar diatasnya hal ini pun ternyata sudah diatur dalam UU tersebut.

Namun, karena saya bagian daripada kelompok tadi maka, ketika saya melihat fenomena yang dilakukan oleh masyarakat luar negeri tadi, bukan dalam artian meniru niru, karena menurut saya hal yang baik itu pantasnya cuma dicontoh dan diterapkan walaupun itu asalnya dari anak TK sekalipun. Pertimbangan saya begini, di jaman yang sudah maju ini dimana kebebasan diatur dalam demokrasi, saya melihat rasa nasionalisme sudah mulai pudar, entah kurang asah atau kurang bangga menjadi bangsa Indonesia, tapi sudah sewajarnyalah kita sebagai bangsa Indonesia menjadi warga negara yang seutuhnya, nasionalisme itu memang samar apalagi kalau dibandingkan dengan apa yang diperlihatkan oleh pahlawan pahlawan kita terdahulu, bahkan mungkin apa yang kita lakukan hari ini tidak ada apa apanya. Tetapi rasa itu tidak boleh hilang. Bagaimana caranya ? maka mulailah mencintai negara ini, mencintai bukan berarti meng-agungkan segala nya, bahkan ketika negara ini sudah mulai berjalan dijalan yang salah harusnya rasa nasionalisme kita berupa memperbaiki kesalahan itu dan mengarahkannya kembali. Dan salah satu bentuk sederhana dari kompleksnya cerminan rasa nasionalisme adalah dengan bendera.

Atas dasar itulah hati saya tergerak untuk mulai mencintai bendera, mencintai berarti ada di hati, lalu bagaimana caranya tersimpan dihati ? salah satunya adalah dengan terus dipandang setiap saat. makan mulai setahun yang lalu merah putih selalu berkibar tiap hari didepan jendela kosan, berharap ada semangat yang dipancarkan setiap membuka jendela di tiap pagi, dan berkibar sepanjang masa, ditiup dan dihembus angin.

Bagi teman sekitar hal ini dianggap aneh dan remeh temeh ( ada benarnya ), tapi menurut saya ini adalah sesuatu, walau juga menentang apa yang telah digariskan dalam UU tapi tetap aja sesuatu. Saya ngga nyuruh anda anda melakukan hal seperti ini, karena menurut saya kita punya cara tersendiri untuk mencintai negara ini, MERDEKA


Iwan Fals :
Angin genit mengelus merah putihku
Yang berkibar sedikit malu-malu
Merah membara tertanam wibawa
Putihmu suci penuh kharisma
Pulau pulau yang berpencar
Bersatu dalam kibarmu

Cokelat :
kibarkan, bentangkan demi kehormatan bangsa, kibarkan bentangkan demi tumpah darah semua pahlawan pahlawanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar