Jumat, 27 Januari 2012

Mak Etek saja

Kaluak paku kacang balimbiang ( Sampiran )
Tampuruang lenggang lenggakkan ( Sampiran )
Anak dipangku kamanakan dibimbiang ( Anak dirangkul keponakan dibimbing )
Urang kampuang dipatenggangkan ( Menghargai masyarakat )

Sebuah petatah petitih yang sangat mahsyur di ranah minang, tentang peranan seorang mamak ( paman ) dalam sebuah keluarga sepersukuan maupun masyarakat. Bagi masyarakat minang, Mamak mempunyai peranan yang sangat vital, ibarat seorang pemimpin, maka mamak menjadi tauladan dalam kebaikan. Untuk menjadi seorang mamak, tidak perlu sebuah persyaratan seperti seorang raja, karena toh setiap laki laki di minangkabau akan menjadi seorang mamak ketika saudara perempuannya mempunyai anak. Hal ini berlaku pada setiap suku yang dijumpai di ranah minang apakah itu suku jambak, piliang, caniago, koto dll. Dalam skalah kecil yakninya keluarga, sering pula kita jumpai bahwa mamak menjadi decision maker terhadap banyak permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, pernikahan, kemalangan dll. Tentunya setelah melawati fase musyawarah dan mufakat dari seluruh unsur yang ada, seperti bundo kanduang, kemenakan maupun sumando ( ipar ).

Pada jaman sekarang, dimana arus modernisasi seakan akan tidak mengenal batas, menyentuh semua elemen termasuk budaya khas yang ada di Indonesia, tidak bisa dipungkiri masyarakat minangpun terkena dampak modernisasi, disadari atau tidak dahulunya pattern hidup "bakorong banagari" pun sekarang seakan menjadi cerita dongeng padahal itu nyata adanya, saling menghargai dan hidup seperti sebuah keluarga besar, saling menyapa dan jangan heran kalau semua orang saling mengenal, tidak hanya segenerasi-nya saja, tiga generasi yang hidup sebelumnya pun bisa diceritakan hubungan kekeluargaannya. Lalu bagaimana dengan peranan mamak pada masa sekarang ? Sebuah pertanyaan logika dan dialektika, tidak bisa dijawab dengan ya atau tidak, sarat dengan unsur waktu. Maka dengan kekhawatiran seperti ini, para pemuka minang yang masih cinta dan peduli terhadap adat dan budaya, menggemakan sebuah program "babaliak ka surau", sebuah ajakan sosial supaya orang minang jangan sampai hilang kepribadian, lupa adat. Lalu apa tanggapan kita sebagai orang minang baik yang di kampung maupun perantauan ?

Satu hal yang pasti adalah, adat dan budaya tidak lah untuk dipelajari namun dipakai dalam keseharian. Oleh karena itu, supaya adat serta budaya jangan hilang, mulailah terapkan dalam hal hal yang kecil, seperti menjadi seorang mamak dalam keluarga. Selain sebagai pertaruhan lestarinya budaya didalamnya juga terdapat tanggung jawab sosial sebagai seorang laki laki terutama laki laki di minang. Ada unsur edukasi yang kental, dan itu semua tidak dapat dinilai dengan materi. Seperti sebatang pohon beringin yang besar, memberikan keteduhan, tempat bersandar dan pegangan ketika badai. Kalau sekarang anda menerima perlakuan sebagai kemenakan maka mulai pelajari lah bagaimana menjadi seorang mamak, tentunya harus ada persiapan, karena sebagai panutan tentunya anda harus mempunya sifat sifat yang dibutuhkan.


Untuk acuan dasar maka coba pahami petatah petitih tadi, disitu tercermin jelas peranan mamak sebagai berikut :
- sebagai seorang kepala keluarga anda diwajibakan untuk membesarkan dan mendidik anak dalam hal pendidikan agama dan ilmu pengetahuan mencukupkan segala kebutuhannya, maka didiklah dengan pondasi agama yang kuat, ajarkan sholat, suruh pergi mengaji ke mesjid, belajar ke sekolah. Namun harus diingat, sebagai seorang panutan tentunya anda harus sholat dulu, pandai mengaji, jangan sampai ada pertanyaan dari anak, ayah kok ngga sholat ? ( malu dong ah ).
- selain kepada anak anda juga mempunyai tanggung jawab moral kepada kemenakan ( anak dari saudara perempuan anda ), porsinya memang tidak sama dengan anak, tapi nilainya harus tetap sama, ketika anda mempunyai kemenakan yang rajin sholat, pintar di sekolah maka itu sungguh sebuah anugerah yang besar, kalau dibakukan maka posisi anda adalah sebagai penasehat, dan berbagai cara bisa diterapkan untuk meng-edukasi kemenakan anda, seperti sering menjumpai-nya, menanyakan perkembangan belajar-nya, membelikan hadiah ketika dia mendapatkan juara dikelas, dan masih banyak cara lain. Kesimpulannya jangan sampai anda ketinggalan setiap berita perkembangan darinya. Sampai dia menikah pun, nantinya orang tuanya ( atau saudara perempuan anda ) pasti juga akan meminta saran dari anda terhadap calon pendamping hidupnya, begitulah saking eratnya hubungan antara mamak dan kemenakan.

Maka nantinya setelah anda menjadi mamak silahkan pilih panggilan untuk anda sendiri, dari mulai Mak Adang ( mamak paling tua ), Mak Ongga ( mamak satu2nya ), Mak Itam ( mamak berkulit hitam ), Mak Angah ( mamak secara urutan ada ditengah tengah ), Mak Unyiang ( mamak berkulit kuning ), Mak Etek ( mamak paling muda ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar