Kamis, 26 Juli 2012

Cerita Masakan Ibu ( bukan cerita mie instan )

"Cerita masakan ibu pasti akan terus diingat oleh anaknya", adalah dialog yang terdapat dalam salah satu sinema religi. Sejenak saya langsung teringat dengan ibu di kampung, teringat makanan terbaik yang pernah ibu buat dan sajikan dalam kurun waktu 23 tahun terakhir.
Ibu tidak-lah berprofesi sebagai koki dan tidak mempunyai pendidikan tentang kuliner, tetapi setiap yang dimasak ibu seakan menjadi standar lezat atau tidaknya sebuah makanan, terutama bagi lidah anaknya, bahkan ketika seorang anak telah menikah ( terutama bagi anak laki laki ) dia akan selalu ingin makan makanan yang dibuat ibunya. Maka tak heran terkadang sang istri belajar dengan ibu mertua bagaimana cara memasak atau sekedar bertanya bumbu apa saja yang dipakai selama ini. 
Maka jangan heran kalau kejadian membandingkan bandingkan masakan ibu dengan masakan istri sering terjadi setelah menikah. Itulah salah satu contoh kalau "cerita masakan ibu pasti akan terus diingat terus oleh anaknya".
Cerita saya lain lagi, 5 tahun terakhir saya merantau dari kampung, otomatis lidah tidak lagi intens mencicipi masakan ibu, tetapi percayalah, masakan apa yang ibu pernah buat akan selalu terbayang bagaimana cita rasa dan enaknya. 
Ketika SMA dulu, ketika kawan kawan seusia sudah lama meninggalkan kebiasaan membawa bekal dari rumah karena khawatir gengsi turun dihadapan cewek cewek top di sekolahan, saya masih melanjutkan kebiasaan ini, dibawakan bekal dengan masakan yang dibuat ibu, tidak memakai kotak melainkan daun pisang yang selain memberikan rasa harum serta dapat dibuang setelah dimakan. Sampai kelas tiga proses ini terus berlangsung.
Sekarang saya berada jauh dari ibu, terakhir kali makan masakan ibu sekitar 3 minggu yang lalu, ketika rendang limpa kiriman ibu dihantarkan petugas jasa titipan, rendang yang sama dengan rasa yang tidak berubah sedikitpun.
Kalau ada kesempatan pulang ke kampung, entah itu pulang pada hari biasa atau hari hari besar, ketika mendengar akan pulang ibu pasti langsung mempersiapkan bahan bahan yang akan dibuat makanan kesukaan. Yang selalu hadir di meja makan setiap 5 tahun terakhir adalah sup kepiting, cumi balado dan juga agar agar merah.
Oh ya, dalam 5 tahun terakhir ini, setiap hendak bertolak dari kampung, ada sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan ibu, yaitu membungkuskan dua porsi makanan dengan menggunakan bungkus daun pisang untuk dimakan sesaat setelah landing dan untuk malam hari. Seperti petani yang akan berangkat kesawah maka ketika hendak bertolak ke daerah rantau saya selalu membawa bekal dari ibu, dua porsi makanan bungkus daun pisang dan kantong keresek. Masakan ibu memang juara....
Walau kita sebenarnya merasa bisa mencukupi kebutuhan sendiri, tapi percayalah hal yang seperti ini membuat hati ibu sangat senang, apalagi di perantauan, dari jauh pun ibu tetap mengirimkan makanan untuk anaknya.